Makna Lagu The One – The Chainsmokers. “The One” yang dirilis Maret 2017 menjadi lagu paling pahit dari duo yang biasanya identik dengan nada ceria. Berada di album pertama mereka, lagu ini langsung terasa berbeda: tempo lambat, gitar akustik mendominasi, dan lirik yang terasa seperti surat perpisahan yang tidak pernah dikirim. Meski tidak seviral lagu-lagu sebelumnya, “The One” justru jadi favorit para penggemar lama karena kejujurannya yang telanjang: ini lagu tentang menyadari bahwa kamu bukan “the one” bagi orang yang paling kamu cintai. BERITA BASKET
Saat Cinta Sudah Habis Masa Berlaku: Makna Lagu The One – The Chainsmokers
Lagu ini ditulis dari sudut pandang seseorang yang baru saja ditinggalkan, tapi sebenarnya sudah tahu jauh-jauh hari bahwa hubungan ini akan berakhir. Baris pembuka “You know I’m sorry, I won’t make it to your party” bukan sekadar alasan absen pesta, melainkan kode bahwa ia sudah tidak lagi diundang dalam kehidupan orang itu—secara harfiah maupun kiasan. Ia mengaku terlalu sering bohong, terlalu sering pura-pura baik-baik saja, sampai akhirnya pasangannya lelah dan memilih pergi.
Pengakuan yang Terlalu Terlambat: Makna Lagu The One – The Chainsmokers
Chorus “I guess I should’ve been more like her / And I know you’ll be happier with someone else” adalah salah satu momen paling menusuk. Ia tidak marah, tidak menyalahkan, hanya mengakui kekalahan total. Ia sadar dirinya bukan versi yang salah—terlalu egois, terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, terlalu lama menganggap pasangannya akan selalu ada. Kini ia hanya bisa melihat dari jauh bagaimana orang yang dulu tidur di sampingnya kini tertawa bersama orang baru, dan terlihat jauh lebih bahagia.
Mengapa Lagu Ini Terasa Seperti Tamparan
Banyak yang bilang “The One” adalah lagu paling dewasa yang pernah mereka buat. Tidak ada drama, tidak ada harapan balikan, tidak ada janji kosong. Hanya penerimaan dingin bahwa kadang cinta tidak cukup kalau salah satu pihak sudah berubah. Lagu ini sering diputar orang-orang yang baru saja jadi “penutup buku” dalam hidup mantan—yang masih di-follow, tapi sudah tidak lagi ditanya kabar, yang masih disimpan nomornya, tapi tidak pernah lagi ditelepon. Rasa sakitnya bukan karena kehilangan, tapi karena akhirnya mengerti bahwa kamu memang bukan orang yang mereka cari.
Kesimpulan
“The One” adalah lagu tentang menelan pil paling pahit dalam hubungan: menyadari bahwa kamu bukan akhir perjalanan seseorang, melainkan hanya pemberhentian sementara. Ia mengajarkan bahwa terkadang orang terbaik yang pernah kamu miliki justru pergi karena kamu tidak pernah benar-benar berusaha jadi versi terbaik untuk mereka. Hampir delapan tahun berlalu, lagu ini masih jadi pelipur lara sekaligus cermin keras bagi siapa saja yang pernah bertanya-tanya, “Kenapa dia bisa bahagia tanpaku?” Jawabannya sederhana dan menyakitkan: karena ternyata kamu bukan “the one” yang dia tunggu-tunggu. Dan menerima itu adalah langkah pertama untuk akhirnya bisa melepaskan.

