makna-lagu-untuk-apa-untuk-apa-hindia

Makna Lagu Untuk Apa / Untuk Apa? – Hindia

Makna Lagu Untuk Apa / Untuk Apa? – Hindia. Dirilis pada 2019 sebagai bagian dari album debut “Menari dengan Bayangan”, lagu “Untuk Apa / Untuk Apa?” dari Hindia hingga akhir 2025 masih sering diputar ulang oleh jutaan pendengar yang merasa “tertampar” oleh pertanyaan sederhana tapi dalam di dalamnya. Dengan aransemen yang tenang tapi lirik yang menusuk, Baskara Putra seperti mengajak kita melihat ke belakang: semua ambisi, kerja keras, dan pencapaian materi yang dikejar mati-matian, tapi sering kali meninggalkan hal-hal paling berharga di belakang. Di era hustle culture yang semakin gila, lagu ini terasa semakin relevan sebagai pengingat bahwa kesuksesan tanpa makna hanya meninggalkan kekosongan. BERITA BOLA

Rumah yang Berubah dari Hangat Menjadi Sepi: Makna Lagu Untuk Apa / Untuk Apa? – Hindia

Lagu dibuka dengan gambaran rumah sederhana yang dibangun bersama, penuh mimpi dan kebersamaan. Namun seiring waktu, ruang demi ruang ditambah, barang ditimbun, tapi justru yang lebih berharga – seperti waktu bersama keluarga atau hubungan antarmanusia – terabaikan. “Anak tangga yang berlebihan jumlahnya, mendaki terus entah mau ke mana” menjadi metafor sempurna untuk karier dan ambisi yang tak pernah puas. Kita terus naik, tapi lupa tanya: naik ini buat apa kalau akhirnya sendirian di puncak? Banyak pendengar yang sudah berumah tangga mengaku lirik ini seperti cermin: rumah besar, mobil mewah, tapi makan malam selalu sendiri karena kerja lembur.

Pertanyaan “Untuk Apa” yang Menolak Dijawab: Makna Lagu Untuk Apa / Untuk Apa? – Hindia

Chorus “Cepat namun sendiri, untuk apa? Bersama tapi meracuni, untuk apa?” adalah tamparan paling keras. Hindia menggambarkan paradoks kehidupan modern: sukses membuat hidup cepat, tapi kesepian; punya pasangan atau keluarga, tapi hubungan sudah toksik karena prioritas salah. Bagian ini seperti suara hati nurani yang selalu bertanya, tapi sering diabaikan dengan alasan “nanti saja” atau “ini demi masa depan”. Di 2025, ketika burnout dan perceraian karier-oriented semakin marak, pertanyaan ini terasa seperti alarm yang terus berbunyi bagi generasi yang terjebak membandingkan hidup di media sosial.

Refleksi atas Hal-hal Kecil yang Hilang

Di verse akhir, lagu semakin personal: ikat rambut yang tertinggal, rute pagi yang dulu ceria, menu favorit yang kini hambar. Semua itu menggambarkan bagaimana ambisi besar perlahan menggerus kebahagiaan kecil yang dulu cukup membuat hidup bermakna. Hindia seolah bilang bahwa barang mahal memang tak ada harganya kalau hubungan dan kedamaian batin sudah rusak. Lagu ini bukan anti-sukses, tapi anti-lupa diri – mengingatkan bahwa empati, kebersamaan, dan kesehatan mental jauh lebih berharga daripada jabatan atau saldo rekening yang terus bertambah.

Kesimpulan

“Untuk Apa / Untuk Apa?” tetap jadi salah satu lagu Hindia yang paling abadi karena berhasil menangkap krisis eksistensial generasi saat ini: kita sibuk membangun segalanya, tapi lupa membangun diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Di akhir 2025 yang penuh tekanan ekonomi dan ekspektasi tinggi, lagu ini seperti obat pahit yang dibutuhkan: berhenti sejenak, lihat ke belakang, dan tanyakan pada diri sendiri – semua yang sedang dikejar ini, benar-benar untuk apa? Karena pada akhirnya, hidup yang bermakna bukan yang paling tinggi anak tangganya, tapi yang paling hangat saat sampai di rumah.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *